Friday, November 27, 2015

Kerajaan Safawi di Persia

A. Asal-usul Kerajaan di Persia

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan yang berdiri di arab sebuah kota di Ajerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus diletarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.

Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi'ah yang keenam, Musa Al-Khazhim. Gurunya bernama Syakh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dengan kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerang golongan yang mereka sebut "ahli-ahli bidah". Tarekat ini dipimpin oleh Safi Al-Din ini semakin penting, terutama ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya dipersia, Syiria, dan Anatonlia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi Al-Din menemparkan seorang wakil yang memimpin murit-muritnya. Wakil itu di beri gelar "Khalifah".

B. Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia

Pada masa kepimpinan juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasaan kegiatan-kegiatan ini menimbulkan konflik antara juneid dengan penguasa Kara Koyunlu(domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan juneid mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagai besar persia.

Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghipun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik Usun Hasan. Ia juga berhasil menyunting salah satu perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dari perkawinannya dengan saudara perempuan Uzun Hasan, lahirlah seorang laki-laki yang diberi nama Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di persia.

Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat gerakan meliter safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, safawi adalah sekutu AK koyunlu. Ak koyunlu berusaha melenyapkan kekuasaan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu, ketika safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

Di bawah pimpinan ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak koyunlu di sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota Ak koyunlu dan berhasil merebut serta berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti safawi. Ia juga disebut Ismail I. Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun, yaitu antara tahun 1501 dan 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan  Ak koyunlu di Hamadan (1503 M). Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu walayah kekuasaannya sudah meliputi sepuluh persia dan bagian timur bulan Sabit Subuh (Furtile Crescent).

Tidak sampai disitu, Ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap untuk menguasai daerah-daerah lainnya, seperti Turki Usmani. Namun, Ismail bukan hanya menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga sangat membenci golongan syi'ah. Peperangan dengan Turki Usmani pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Karena keunggulan organisasi militer kerajaan usmani, dalam peperangan ini ismail I mengalami kekalahan, malah Turki Usmani di bawah pimpinan sultan salim dapat mendudukani Tabriz. Kerajaan safawi terselamatkan dengan pulangnya sultan usmani ke turki karena terjadi perpecahan kalangan militer Turki di negerinya.

C. Kehancuran Kerajaan Safawi di Persia

Sepeninggal Abbas I, kerajaan safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjuk grafik naik dan berkembang, Raja Safi Mirza (cucu abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran safawid karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburnya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah afganistan) lepas dari kerajaan safawi didudukan oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh kerajaan Usmani.

Pemberotakan bangsa afghan pertama kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merampas wilayah Qandahar. Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur Qandahar. dengan gelar husein Quli khan (budak husein). Dengan demikian ini Mir Mahmud menjadi leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M ia dapat merebut Kirman. Pada tahun 12 oktober Mir Mahmud memasuki kota isfahan dengan penuh kemenangan.

Di antara penyebab kehancuran kerajaan safawi ialah masalah berkepanjangan dangan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan usmani berdirinya kerajaan safawi yang beraliran Syi'ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Penyebab lainnya ialah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidah diperapkan secara terlatih dan tidah melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militensi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.

Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja safawi kelima, Abbas I, naik tahta, Ia memeerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M. Langkah-langkah yang ditempuh oleh abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan safawi ialah: Pertama, berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari tawanan perang bangsa Georia, armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak raja Tahmash I. Kedua, mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk mewujudkan perjanjian ini, Abbas I terpaksa harus menyarahkan wilayah Azerbajan, Georgia, dan sebagai wilayah Luristan. Di samping itu, Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, dan Usman).

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan safawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya keluar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilyah kekuasaannya yang hilang. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah kerajaan usmani itu. pada tahun 1602 M, di saat Turki Usmani berada di bawah Suktan Muhammad III, pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad.

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kerajaan Safawi, secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya.


0 komentar:

Post a Comment